![]() |
| (dok : Teater Guriang) |
Teater Guriang adalah salah satu sanggar teater yang berada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Teater Guriang berada dalam naungan Guriang Indonesia, yang didirikan Dede Abdul Majid dengan dua kawannya yaitu Septian seorang fotografer dan Yogi Gumilar seorang seniman teater.
"Guriang didirikan tanggal 12 Desember 2012," kata Direktur Utama Guriang Indonesia, Dede Abdul Majid yang akrab disapa Majid kepada Golali dalam wawancara secara online, Jumat 4 Oktober 2024.
Lebih lanjut Majid membeberkan Teater Guriang tak hanya terbatas seni pertunjukan, tetapi menghadirkan kearifan lokal dalam pelatihan dan pertunjukkannya.
“Yang identik dengan guriang, pertunjukkan menggunakan bambu sebagai media artistik dan instalasi panggung. Kenapa bambu? Karena bambu lekat dengan kehidupan masyarakat Sunda. Dan karena tanaman bambu adalah tanaman yang banyak tumbuh di Rangkasbitung tempat (pendiri) Guriang tinggal. Selain estetik bambu memabwa nilai sosial yang tinggi untuk kehidupan masyarakat di sini,” Majid mengisahkan.
Sementara arti nama Guriang, sambung Majid diambil dari nama lokasi sanggar teater ini berada yaitu di tengah hutan jati yang sebelumnya dianggap angker oleh masyarakat setempat.
“Guriang diambil dari penamaan untuk tempat yang dianggap angker di tempat saya. Kebetulan tempat Guriang berada di tengah-tengah hutan jati. Tepatnya di Kp Alun-alun RT 06 RW 02 Desa/Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak Provinsi Banten,” ucap Majid.
Adapun tema pertunjukan teater yang diangkat Teater Guriang yaitu sosial masyarakat, politik, dan isu lokal.
“Membuat pertunjukan dengan naskah sendiri,” ujar Majid.
Pementasan
Sampai saat ini, pementasan Teater Guriang tak hanya di Banten tetapi juga wilayah lainnya di Indonesia hingga Asia. Selain itu, Teater Guriang telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memberikan pelatihan dan pementasan.
“Kemendikbud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) dan Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) dan banyak lembaga kebudayaan di Indonesia,” imbuh Majid.
Tantangan utama menjalankan dunia teater ini, kata Majid terkait masih rendahnya minat masyarakat untuk ikut teater.
“Persoalan yang paling mendasar adalah kaderisasi. Tidak banyak orang berminat masuk ke dunia teater, karena pandangan materi yang paling utama. Sehingga teater menjadi terkesan sepi peminat di Banten,” terang Majid.
Untuk itu Guriang Indonesia, selalu membuka pendaftaran dan melakukan promosi ke sekolah dan kampus. Juga melakukan publikasi secara digital melalui berbagai platform digital.
"Digital platform sangat berpengaruh pada ekosistem dan pemasaran karya Guriang," pungkas Majid. (Yatni Setianingsih/Golali.id)
Berita ini pertama kali tayang di Golali.id pada 5 Oktober 2024
