Terkini

Mengurai Masa Lalu Baroe Adjak Lewat Riset 12 Tahun


Nama Baroe Adjak kerap hadir sebagai bisik misterius dalam ingatan banyak orang tentang Lembang. Kawasan tua di utara Bandung itu sering kali dikenal bukan karena sejarahnya, melainkan karena sengketa yang menyelimutinya. 

Namun, melalui buku Baroe Adjak, Malia Nur Alifa memilih jalan yang berbeda: mengajak pembaca kembali ke titik awal, jauh sebelum konflik dan perdebatan hadir.

Buku tersebut akan dibedah dalam agenda Kamisan Aksara (Kamsara) edisi Bedah Buku ke-23, yang diselenggarakan oleh Sindikasi Aksara pada Kamis, 18 Desember 2025, pukul 19.30–20.30 WIB, melalui siaran langsung Instagram @sindikasi.aksara.

Selama 12 tahun riset, Malia menelusuri lapisan demi lapisan sejarah kawasan Baroe Adjak. Ia tidak menempatkan sengketa tanah sebagai pusat cerita. 

Sebaliknya, buku ini menghadirkan narasi tentang bagaimana kawasan tersebut pertama kali terbentuk, bagaimana ia berkembang dari masa ke masa, serta siapa saja yang pernah menjadikannya ruang hidup.

Pembaca diajak mundur hingga tahun 1641, ketika Portugis Kreol tercatat sebagai kelompok orang asing pertama yang menghuni wilayah utara Bandung. Dari titik itulah, kawasan pegunungan Lembang perlahan bertransformasi, membentuk lanskap sosial dan budaya yang kelak dikenal sebagai Baroe Adjak. Sejarah tidak hadir sebagai catatan kering, melainkan sebagai kisah manusia, ruang, dan waktu yang saling bertaut.

Dalam bedah buku ini, Malia Nur Alifa akan hadir sebagai narasumber, membagikan proses panjang riset serta alasan di balik pilihannya untuk menulis Baroe Adjak dari sudut pandang sejarah, bukan konflik. Diskusi akan dipandu oleh Indra Wardhana, yang mengarahkan percakapan pada pentingnya membaca ulang sejarah lokal secara lebih jernih dan berjarak.

Lebih dari sekadar diskusi buku, Kamisan Aksara menjadi ruang pertemuan bagi pembaca, peneliti, dan masyarakat umum untuk menyelami sejarah Lembang secara lebih tenang. Sebab, di balik setiap nama tempat, selalu ada cerita lama yang menunggu untuk kembali didengarkan.(Siaran Pers Sindikasi Aksara)